Mom, apa si kecil pernah kena ruam popok? Itu lho, iritasi yang terjadi di area kulit bayi yang tertutup popok. Tanda-tanda tersebut bisa terlihat dengan kasat mata di mana kulit bayi di sekitar alat kelamin, bokong, dan pangkal paha tampak meradang, kemerahan, dan lecet.
Kalau pernah menghadapi bayi yang mengalami ruam popok, Mom enggak sendiri. Ruam popok memang masalah kelainan kulit yang sering terjadi pada anak usia 9-12 bulan. Menurut catatan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 7 – 35 persen bayi mengalami ruam popok.
Meskipun fakta menyatakan, ruam popok adalah hal yang biasa terjadi pada bayi, tetapi Mom tidak bisa menganggap kejadian ini sebagai hal sepele. Soalnya, bayi yang mengalami ruam popok merasa tak nyaman dan rewel. Makanya, Mom perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang ruam popok. Yuk simak tiga penyebab ruam popok yang perlu diwaspadai berikut cara mengatasinya di sini.
Ruam popok karena gesekan dan kelembaban
Dalam sebuah tulisan berjudul Prevention and Treatment of Diaper Dermatitis yang dimuat dalam Pediatric Dermatology tahun 2018, disebutkan, penyebab ruam popok adalah gesekan dan kelembaban. Hidrasi berlebihan di area yang tertutup popok menyebabkan degradasi struktur penghalang pada stratum korneum. Sebagai informasi buat Mom, stratum korneum adalah lapisan kulit terluar yang berfungsi untuk menyerap air serta melindungi lapisan kulit yang lebih dalam. Akibatnya, mikroba lebih mudah menerobos masuk melewati lapisan kulit.
Selain itu, gerakan anak yang lincah menyebabkan gesekan pada kulit yang tertutup popok. Gesekan dan pelunakan jaringan yang terjadi dalam lingkungan yang lembab juga menyebabkan kerusakan pada pelindung kulit. Akhirnya, bahan iritan bisa lolos melewati lapisan kulit.
Paparan Urine dan Feses
Masih dari jurnal yang sama, penulis Ulrike Blume-Peytavi juga menyebutkan penyebab ruam popok yang lain adalah paparan urine dan feses. Ketika anak pipis, maka area yang tertutup popok menjadi terlalu basah sehingga membuat permukaan kulit lebih rapuh sehingga mudah dimasuki kuman, jamur, dan iritan lainnya.
Ketika pipis dibarengi dengan pup, maka enzim protease yang terkandung dalam feses dapat mengubah urea dalam urine menjadi amonia. Nah, amonia yang “tersimpan” di dalam area yang tertutup popok dalam waktu lama bisa menyebabkan pH kulit menjadi lebih tinggi. Kondisi lingkungan basa akan mendorong aktivasi enzim protease dan lipase yang bisa menimbulkan iritasi kulit.
Alergi
Dokter I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SpA, MARS mengatakan, ruam popok juga bisa disebabkan oleh alergi karena penggunaan popok kain yang dicuci tidak sempurna. "Alergi terhadap popok kain yang dicuci dengan deterjen, atau diberi pemutih dan tidak dibilas secara sempurna," kata dia.
Produk pembersih yang mengandung alkali memang bisa mengubah keseimbangan pH pada kulit bayi yang seharusnya berkisar pada angka 5-5,5. Nah, ketidakseimbangan pH ini bisa meningkatkan risiko iritasi kulit.
Selain itu, Dokter Tiwi juga menyebut penyebab ruam popok yang lain adalah alergi bahan pembuat popok. Berdasarkan jurnal berjudul Common Diaper Ingredient Questions: Modern Disposable Diaper Materials Are Safe and Extensively Tested, salah satu bahan pembuat popok yang memicu alergi adalah penggunaan lateks yang diaplikasikan pada bagian pinggang atau manset kaki. Alergi lateks terjadi karena protein dalam senyawa karet alam disalahartikan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai zat berbahaya. Reaksi alergi yang timbul bisa berupa ruam, pembengkakan, dan anafilaksis.
Namun, popok generasi tebaru sudah tidak menggunakan lateks lagi. Sebagai gantinya produsen popok memakai polimer sintetis spandex sehingga mengurangi kemungkinan iritasi dan ketidaknyamanan kulit.
Jika si kecil mengalami ruam popok lebih dari 72 jam, tapi tidak segera diatasi, maka dapat terjadi infeksi sekunder oleh jamur seperti Candida albicans. Ketika lapisan kulit terluar mengalami kerusakan, mikroorganisme patogen itu bisa masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam dan memperparah infeksi.Akibatnya, perlu ada upaya ekstra untuk memulihkan kulit bayi seperti semula.
Mom tentu tidak mau si kecil mengalami sakit berkepanjangan seperti itu. Jadi, Mom juga harus tau cara mengatasi ruam popok berikut ini.
Lepaskan Popok
Untuk menghindari ruam popok, Mom bisa melepaskan popok dari bayi sementara waktu. Biarkan anak bermain tanpa popok. Dengan demikian, area yang biasanya tertutup popok terbuka selama mungkin.
Bila Mom ragu untuk melepaskan popok anak karena khawatir air seni atau feses yang dikeluarkan akan mengotori ruangan, maka carilah waktu yang tepat. Waktu yang ideal untuk melepaskan popok pada bayi yang baru lahir adalah saat anak sedang tidur. Sementara untuk anak yang lebih besar, Mom bisa melepaskan popoknya setelah ia buang air kecil atau buang air besar.
Ganti Popok Secara Berkala
Mom harus segera mengganti popok setelah bayi buang air besar. Namun, Mom sulit mendeteksi saat bayi buang air kecil beberapa kali. Jika bayi tidak buang air besar, maka Mom mesti mengganti popoknya setiap 2-4 jam pada siang hari dan satu kali saat malam.
Selain itu, setiap mengganti popok, bersihkan selalu kulit yang tertutup popok. Mom juga mesti tahu cara membersihkan area kemaluan dan pantat bayi yang benar. Pertama, Mom mesti cuci tangan terlebih dahulu. Kemudian, Mom dapat membersihkan area yang tertutup popok dengan kain lembut yang dibasahi air hangat atau tisu khusus ganti popok. Meski bayi hanya buang air kecil, Mom harus membersihkan area genital dari depan sampai belakang.
Memilih Popok yang Tepat
Saat ini, teknologi popok sekali pakai sudah berkembang. Mom bisa memilih popok terbaik yang menggunakan superabsorbent, seperti Maxi Gel, lapisan luar yang bersikulasi sehingga dapat membuat kulit bayi tetap “bernapas”, lapisan dalam yang terbuat dari bahan lembut. Popok sekali pakai tersebut telah didesain untuk membatasi kontak kulit dengan iritan, mencegah hidrasi berlebihan pada kulit, mempertahankan tingkat pH yang sesuai dan mencegah pecahnya penghalang kulit.
Selain itu, hindari penggunaan popok yang terlalu ketat. Kalau bisa, pilih popok yang sesuai dengan ukuran bayi, pas di badan, dan dapat melindungi area belakang/bokong bayi.
Mengoleskan Krim Pelindung
Salah satu cara mencegah ruam popok adalah dengan mengoleskan krim yang mengandung zinc oksida dan petrolatum sebagai bahan aktifnya. Menurut Lisa Merrill pada Prevention, Treatment, and Parent Education for Diaper Dermatitis, krim yang mengandung zat-zat tersebut telah terbukti efektif dalam pengobatan dermatitis popok. Krim penghalang tersebut membuat pelindung yang mampu mencegah paparan iritasi, seperti urin dan feses, sambil menjaga proses penyembuhan kulit.
Selain krim tersebut, cara lain mengatasi ruam popok adalah dengan mengoleskan virgin coconut oil (VCO) pada area yang mengalami iritasi. VCO bisa bereaksi dengan bakteri kulit dan membentuk asam lemak bebas yang akan menciptakan lingkungan asam di atas kulit bayi sehingga mampu menghalau mikroorganisme penyebab penyakit. Dwi Cahyati dan rekan dari Rumah Sakit Siloam Palembang telah melakukan penelitian yang membuktikan bahwa intervensi VCO terbukti menurunkan skor ruam popok.
Setelah memahami penyebab ruam popok dan cara mengatasinya, Mom bisa lebih bijak dalam menjaga kesehatan kulit bayi. Dengan demikian, anak-anak akan terhindar dari iritasi kulit yang mengganggu ini.
Anakku gak rewel lagi karena popok Moko Moko daya serap tinggi, popok tidak gampang kembung dan juga anakku bergerak bebas tidak takut iritasi dan ruam.
Semenjak ketemu sama Genki Moko Moko anakku kulitnya ga gampang merah-merah lagi. Udah gitu bebas bergerak, ga gampang bocor. Bikin nyaman seharian, juga bebas bergerak seharian